Senin, 21 April 2014

Petani Bikin Pupuk Organik Sendiri

Senin, 21 April 2014

PUPUK SUBSIDI SULIT DIDAPAT
SRAGEN (KRjogja.com)- Memasuki musim tanam kedua, keberadaan pupuk urea di sejumlah wilayah Kabupaten Sragen mulai langka. Tidak hanya itu, pupuk urea yang sudah mendapat subsidi dari pemerintah harganya mencapai Rp 150 ribu persak, jauh melambung dari harga eceran tertinggi (HET) yang biasanya hanya sekitar Rp 90 ribu persak.

Kondisi ini membuat sebagian petani di Sragen mulai beralih menggunakan pupuk organik sampai kondisi kembali normal. Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno mengatakan, saat ini pupuk bersubsidi di sejumlah tempat memang mengalami kelangkaan. Kalaupun tersedia, harga jual di tingkat pengecer jauh melampaui HET.

Menurut Suratno, sejumlah kecamatan seperti Jenar, Tanon, Tangen, Sidoharjo, Kalijambe, dan Gemolong, harga jual pupuk urea sudah tembus hingga Rp 150 ribu persak ukuran 50 kilogram. Sementara untuk pupuk Phonska dengan HET Rp 115 ribu naik hingga Rp 140 ribu, pupuk ZA mencapai Rp 115 ribu dari HET Rp 70 ribu. Sedangkan SP 36 dengan HET Rp 105 ribu namun di pasaran meroket menjadi Rp 130 ribu. "Selain harga naik, stok pupuk sudah banyak berkurang. Kondisi ini tidak hanya terjadi di kios resmi tapi juga di sejumlah toko tidak resmi,” ujarnya di depan wartawan, Minggu (20/04/2014).

Suratno berharap pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi persoalan pupuk. Jika kondisi ini terus dibiarkan, petani diyakini tidak akan mampu mencapai target produksi beras. Pihaknya mengusulkan pemerintah bisa menerapkan penarikan kuota bulan berikutnya agar bisa digunakan untuk menutup kesulitan saat ini sambil menunggu realisasi usulan tambahan kuota. Langkah tersebut, jelasnya, diperbolehkan sesuai peraturan Permentan No 122/2013 pasal 7 ayat 5.

Sementara, sejumlah petani di Kabupaten Sragen berusaha mulai memanfaatkan pupuk organik untuk mengatasi kelangkaan pupuk kimia. Kendati petani belum begitu puas dengan hanya memakai pupuk organik, namun hal itu terpaksa dilakukan. "Sebagian memang mencampur pupuk organik dan kimia. Tapi ada juga yang hanya memakai pupuk organik meski hasilnya tidak bisa maksimal," ujar Satiman, salah satu petani di Kecamatan Karangmalang. (Sam)

http://kr.co.id/read/212985/petani-bikin-pupuk-organik-sendiri.kr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar