Rabu, 23 April 2014

Pupuk Bersubsidi Langka di Cirebon

Selasa, 22 April 2014

TEMPO.CO, Cirebon - Petani di Kabupaten Cirebon kesulitan mendapatkan pupuk NPK bersubsidi. Penyebabnya, pupuk tersebut hilang di pasaran. "Saya sudah berkeliling mencari pupuk NPK bersubsidi, tapi tidak ada satu kios pun yang menjual pupuk NPK bersubsidi, " kata Narita, petani asal Desa Girinata, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon, Selasa, 22 April 2014.

Menurut dia, sejumlah kios yang didatanginya kebanyakan menjual pupuk NPK nonsubsidi. Harganya pun cukup mahal, yakni Rp 9 ribu per kilogram. Namun karena tidak ada pilihan, dia terpaksa menggunakan pupuk NPK nonsubsidi. "Itu pun belinya utang dulu dan dibayar saat panen," kata Narita. Dengan sistem pembelian utang, "Harganya menjadi Rp 11 ribu per kilogram."

Narita mengaku berutang hingga Rp 3,3 juta karena untuk satu hektare lahan dibutuhkan 300 kilogram pupuk NPK. Padahal, jika dia menggunakan pupuk NPK bersubsidi, uang yang dikeluarkan hanya Rp 690 ribu.

Hal yang sama diungkapkan petani asal Desa Cipanas, Kecamatan Dukuhpuntang, Solikun, 45 tahun. "Karena tak juga mendapatkan pupuk NPK bersubsidi, saya terpaksa menggunakan pupuk NPK nonsubsidi," katanya.

Solikun mengatakan dia tidak memiliki pilihan lain karena saat ini tengah mengejar masa tutup tanam. Kalau pemupukan ditunda-tunda, tanaman padinya terancam kekeringan. Sebab, masa panen diprediksi akan jatuh pada musim kemarau. Solikun hanya berharap agar nantinya harga gabah saat panen raya tidak jatuh. Dengan begitu, dia bisa menutup pengeluaran untuk pembelian pupuk NPK yang cukup besar.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Wasman, mengakui bahwa kuota pupuk NPK bersubsidi tahun ini tidak sesuai dengan kebutuhan petani. "Kuota NPK bersubsidi tahun ini hanya 18.384 ton. Padahal kebutuhan petani mencapai 47 ribu ton," kata Wasman. Ini berarti masih ada kekurangan sekitar 28.616 atau kira-kira 61 persen dari kebutuhan.

Tak hanya NPK, kebutuhan pupuk bersubsidi lainnya pun tidak sesuai dengan kuota. Misalnya pupuk SP36 yang kuotanya hanya 4.613 ton, padahal kebutuhannya mencapai 13 ribu ton. Juga pupuk ZA yang kuotanya hanya 8.880 ton dari kebutuhan yang mencapai 18 ribu ton serta pupuk organik yang alokasinya hanya 3.699 ton. Padahal kebutuhannya mencapai 58 ribu ton.

http://www.tempo.co/read/news/2014/04/22/058572430/Pupuk-Bersubsidi-Langka-di-Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar