Selasa, 05 Mei 2015

Bulog Dipuja dan Dicerca

Senin, 04 Mei 2015
 
RMOL. Isu revitalisasi, copot direktur utamanya, hingga pembubaran Bulog hampir setiap saat menghiasi media dari bulan ke bulan sejak lengsernya Suharto sebagai presiden hingga sekarang. Korupsi yang menyelimuti unsur pimpinan Bulog pun sangat kerap terjadi.

Anggota Komisi IV DPR yang bermitra dengan Bulog,Andi Akmal Pasluddin menjabarkan, sejak kepemimpinan Jokowi, dirut Bulog warisan SBY, Sutarto Ali Muso masuk pensiun pada 20 November 2014, sehingga lembaga ini dipimpin pelaksana harian. Pada 2 Januari 2015, mantan salah satu direktur BRI, Lenny dilantik meneg BUMN sebagai dirut Bulog yang baru.

Namun sejak kepemimpinan Lenny, harga beras tidak terkendali tingginya, sehingga memicu berbagai kalangan seperti mantan dirut Bulog era Gus Dur, Rizal Ramli angkat bicara bahwa dugaan pemerintah mengangkat orang perbankan memimpin Bulog agar lebih baik, ternyata meleset. Revitalisasi atau tuntutan Bulog dibubarkan pun menjadi hiasan di bulan Maret 2015.

"Kami telusuri dan pelajari, prototype Bulog ini berawal pada logistik produk perkebunan. Ketika diterapkan pada tanaman pangan, seperti ada kesulitan besar pada penerapan, sehingga manajemen logistik pangan nasional kita selalu tidak ada penyelesasian," jabar anggota DPR Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin.                                                                            
Ia pun mengapresiasi salah satu deputi BUMN era SBY bidang agroindustri, yang memunculkan ide BUMP (Badan Usaha Milik Petani), yang dikonsep secara menggurita di seluruh tanah air, kemudian menginduk pada Bulog sebagai pimpinannya. Namun konsep ini terpental jauh, karena tidak ada dukungan pada kekuasaan yang lebih besar, yang pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai sirna ide tersebut.

Padahal, lanjut legislator  PKS ini, selain dapat membangun instrumen Bulog yang lebih kokoh, secara bersamaan dapat mengangkat harkat martabat petani Indonesia secara ekonomi sehingga petani dapat meningkat kualitas kehidupannya.

"Bulog ini lembaga strategis pangan yang unik. Banyak yang berharap besar dengan adanya lembaga ini, akan mampu berperan besar sebagai stabilisator pangan nasional," kata Andi Akmal.

Beras, sebagai logistik utama yang mengisi gudang Bulog, melibatkan jutaan kinerja petani-petani kecil. Jika dikelola secara industri seperti Thailand dan Vietnam, ia yakin akan mampu mengalahkan industri sawit nasional. Dan kegiatan impor beras yang selama ini menghiasi negara ini dapat segera distop, bahkan akan memiliki kemampuan melakukan ekspor beras reguler.

"Kami berharap, Bulog dijadikan pemerintah sekarang menjadi lembaga strategis kedaulatan pangan dalam arti sesungguhnya, dengan memperkuat kedudukan lembaga ini langsung di bawah presiden, meningkatkan kinerja sesuai dengan harapan rakyat, tidak ada lagi isu korupsi menyelimuti Bulog, hingga keberadaan lembaga ini menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia yang sangat tergantung pada beras sebagai makanan pokoknya," ujar Andi Akmal mengakhiri.[wid]

http://ekbis.rmol.co/read/2015/05/04/201314/Bulog-Dipuja-dan-Dicerca-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar