Senin, 18 November 2013

Menggugat Peran Fakultas Pertanian

18 November 2013

Keberlimpahan sumber daya alam Indonesia berikut keragaman genetik tersimpan di dalamnya, ternyata belum menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) produk pertanian dan terbebasnya petani dari belenggu kemiskinan. Status Indonesia sebagai pengimpor sejumlah bahan pangan utama, setidaknya membuktikan rendahnya kepiawaian menyusun prioritas pembangunan ekonomi melalui pengarustamaan pemanfaatan sumber daya lokal dengan keterlibatan komunitas setempat. Ambruknya pilar penyangga pertanian dalam sistem ekonomi membuat Fakultas Pertanian (juga peternakan, kehutanan, perikanan dan ilmu kelautan) kembali digugat menyangkut sejauh mana peran yang dapat diambil, khususnya untuk menghasilkan profesional, hasil-hasil riset inovatif yang dapat mengakselerasi kemandirian pangan, dan dukungan nyata terhadap industri.

    Selain memiliki institut khusus di Bogor, Fakultas Pertanian tersebar di sejumlah universitas, bahkan hingga kota-kota kabupaten perguruan tinggi swasta pun mendirikannya. Namun, publik merasakan belum banyak produk dihasilkan sebagai indikasi bahwa pertanian di Indonesia telah berjalan on the right track. Kondisi tersebut berbeda ketika pada era 1960-an mahasiswa pertanian diterjunkan mengawal program bimbingan massal yang akhirnya membuat Indonesia secara bertahap berswasembada beras. Mahasiswa memberikan bimbingan teknis tentang praktek budidaya terbaik (best agricultural practices) sebagai syarat diperolehnya produktivitas tinggi.

    Ketidakberdayaan membuat Fakultas Pertanian terkesan sibuk dengan diri sendiri. Terakhir setelah minat luluan SMA terhadap program studi di lingkungan pertanian menurun drastis, Fakultas Pertanian melakukan perombakan kurikulum, bahkan dari 7 program studi existing diciutkan menjadi 2 saja, yakni agroekoteknologi dan agribisnis. Sejauh untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan strategik, tuntutan pasar, dan kompleksitas dihadapi, perombakan kurikulum dan bongkar pasang program studi sah-sah saja dilakukan. Apalagi, output dihasilkan lebih berorientasi pemecahan masalah bangsa melalui peran pertanian yang makin menggigit dan menunjang pembangunan berkelanjutan.

    Perubahan pada tataran global dan konsekuensi logis pembangunan, rupanya membawa implikasi terhadap minat kalangan muda terhadap pertanian. Mereka paham bahwa sampai kapan pun, pertanian merupakan hidup-matinya bangsa. Ketahanan pangan bagi sebuah negara berpenduduk lebih dari seperempat miliar jiwa merupakan keharusan tidak dapat ditawar. Melalui pertanian berdaya saing kuat, kesejahteraan petani dapat terwujud, sumber daya alam terawat dengan baik, dan dukungan pada sektor lain terutama industri makin mantap. Sayangnya, pemahaman tersebut tidak juga membuat mereka tertarik masuk program studi lingkup pertanian. Anggapan bahwa pertanian tak lebih hobi dan dapat dilakukan siapa saja meski bukan sarjana dengan spesifikasi keilmuan pertanian turut memberikan andil terhadap orientasi anak-anak muda.

    Orientasi tadi juga tidak keliru selama fakultas gagal menginterpretasikan hakikat pertanian sebagai kegiatan dengan dukungan disiplin ilmu cukup kompleks dalam tindakan nyata melalui riset inovatif teruji kalibrasinya. Fakultas harus membuktikan bahwa pertanian tidak hanya berurusan dengan cangkul lagi, melainkan bagaimana mengatasi kelangkaan tenaga kerja di kawasan pedesaan dengan mesin dan peralatan ramah lingkungan, harga terjangkau dan tidak berefek pemadatan tanah (compaction) dalam jangka panjang.

    Perubahan iklim global menuntut pemanfaatan bioteknologi modern untuk menghasilkan beragam varietas toleran terhadap berbagai medan cuaca dan tahan jasad penganggu tertentu. Degradasi kesuburan tanah akibat mismanagement sumber daya alam dan lahan bekas tambang dapat diatasi melalui bioremediasi. Demikian pula pengembangan wilayah dan restorasi lingkungan lain tentu memerlukan dukungan survai kapabilitas yang tidak hanya bertujuan mencari komoditas paling adaptif, tetapi juga teknologi murah untuk mengatasi berbagai keterbatasan.

    Profil alumni yang berhasil dalam agropreneurship tangguh dapat memberikan inspirasi kepada kalangan muda bahwa untuk sukses seseorang tidak harus semuanya jadi kontraktor, akuntan, dokter, dan pialang saham. Pertanian pun bila ditekuni secara profesional dapat menghasilkan pribadi-pribadi sukses. Kesalahan dalam melihat pertanian makin dkuatkan banyaknya sarjana pertanian tidak bekerja di bidangnya sehingga berimbas terhadap animo lulusan SMA berikutnya untuk masuk fakultas. Kenyataan objektif tersebut membuka mata atas pembenahan internal Fakultas Pertanian untuk dapat membantu penyelesaian masalah bangsa, khususnya dalam perwujudan kedaulatan pangan dan dukungan terhadap pengurangan defisit traansaksi berjalan.

    Sejalan pembenahan internal tadi, tentu negara juga harus memberikan dukungan politik terkait arah pembangunan pertanian secara menyeluruh. Bukankah meningkatnya impor pangan dan produk pertanian primer lain belakangan juga akibat kebijakan tidak terintegrasi dan lemahnya koordinasi antarkementerian? Setiap terjadi gejolak harga pangan yang dianggap menimbulkan kecemasan konsumen dan sinyal membahayakan inflasi, pemerinah selalu memilih jalan impor. Impor dibuka selebar-lebarnya kepada perusahaan mana pun diikuti penghapusan bea masuk. Animo petani yang distimulasi harga bagus kembali rontok begitu keran impor dibuka. Memang hanya dengan impor, produk berkualitas tinggi, dan harga murah dapat didatangkan kapan saja. Tanpa disadari tindakan instan tersebut telah melukai hati petani dan merontokkan semangat berproduksi. ***

Oleh Adig Suwandi, Penulis adalah pemerhati sosial-ekonomi,
alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Opini

1 komentar:

  1. Aku harus bersaksi tentang perbuatan baik dari Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Saya Husnah dan saya mengambil waktu saya keluar untuk bersaksi Ibu Amanda karena dia akhirnya menawarkan saya.
    Saya dan suami saya masuk ke utang yang sangat besar dengan Bank dan kami mencari pinjaman dari perusahaan pinjaman yang berbeda tetapi semua datang ke sia-sia. sebaliknya mereka membawa kita ke dalam lebih banyak utang meninggalkan kami bangkrut sampai saya datang di kontak dengan Ibu Amanda, yang menawarkan pinjaman. Sekarang kita telah akhirnya menetap utang kami dan memulai bisnis baru dengan uang yang tersisa dari pinjaman. Anda dapat menghubungi dia hari ini untuk pinjaman apapun dan jumlah.
    Hubungi Ibu Amanda melalui salah satu email berikut. amandaloans@qualityservice.com atau amandarichardson686@gmail.com atau Anda dapat menghubungi saya melalui email saya untuk arahan lebih lanjut ikmahusnah@gmail.com

    BalasHapus