Jumat, 08 November 2013

Mewujudkan Kemandirian Pangan

8 November 2013

Pengangkatan tema “Optimalisasi Sumber Daya Lokal melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat” pada Peringatan Ke-33 Hari Pangan Sedunia (HPS) di Padang, Sumbar, pada 31 Oktober 2013, sangat relevan. Pasalnya negara kita memiliki kekayaan sumber daya pangan lokal dari berbagai sektor, seperti pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan, yang perlu dioptimalkan.

Ikhitiar itu guna mencapai kemandirian pangan dan percepatan perbaikan gizi masyarakat. Peringatan HPS kali ini dibayang-bayangi keprihatinan 870 juta penduduk dunia mengalami krisis pangan, sekitar 4% di antaranya penduduk Indonesia. Jateng, yang selama ini menjadi penopang ketahanan pangan nasional, dengan 16% dari total sumber pangan, beberapa kabupaten rawan krisis pangan, salah satunya Kabupaten Grobogan.

Berdasarkan hasil survei 2012, di Grobogan 4 dari 280 desa masih berkategori rawan pangan, yakni Desa Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo, Desa Lebengjumuk dan Desa Sedayu Kecamatan Grobogan, dan Desa Menawan Kecamatan Klambu.

Jumlah penduduk Indonesia yang mendekati 250 juta jiwa membuat kebutuhan pangan meningkat, sehingga pemerintah menyusun rencana aksi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan, bukan dengan cara impor. Pemerintah memilih cara peningkatan produksi pangan, memprioritaskan terutama lima bahan pokok, yaitu beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi.

Langkah pertama adalah memastikan ketersediaan lahan baru. Lalu, tenaga kerja dan aplikasi teknologi pertanian yang menunjang peningkatan produksi, penyiapan infrastrukturseperti jalan agar pengangkutan hasil pertanian lebih efisien, dan pembangunan sejumlah irigasi. Saat ini 52% saluran irigasi rusak dan butuh anggaran Rp 21 triliun lebih untuk memperbaiki.

Optimisme Pemerintah
Tekad pemerintah untuk tidak mengimpor pangan sejalan dengan ajaran Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. DPR pun menggodok RUU Desa dan rakyat berharap segera disahkan sehingga pengakuan negara atas otonomi desa ada kejelasan.

Lebih dari sekadar pengakuan, otonomi desa berarti pembagian kekuasan, kewenangan, dan keuangan. Kemandirian pangan tak bisa dilepaskan dari kemandirian desa dalam mengambil keputusan berdasarkan prakarsa masyarakat. Pemerintah harus sungguh-sungguh memberdayakan masyarakat dengan memberikan kepercayaan dan kesempatan pada desa untuk mengembangkan inisiatif dan potensi.

Bila melihat data yang disajikan pemerintah, cita-cita kemandirian pangan bukan isapan jempol. Beras misalnya, pemerintah optimistis tak akan impor selama 2013 karena luas lahan panen mencapai 13,5 juta ha. Pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog juga mencapai 3,205 juta ton hingga 21 Oktober 2013.

Untuk jagung, pemerintah mengklaim pasokan mencukupi. Yang perlu diperhatikan adalah kedelai. Saat ini lahan kedelai di seluruh Indonesia 500.000-600.000 ha, dan dari jumlah itu sebagian di Jateng, terutama Grobogan yang menjadi sentra kedelai.

Untuk komoditas gula, lahan tebu masih kurang. Saat ini terdapat sekitar 460.000 ha lahan, dan perlu ditambah sekitar 300.000 ha. Selain itu, perlu revitalisasi dan penambahan pabrik gula baru, minimal 20 unit. Target produksi gula semula 5,7 juta ton untuk konsumsi rumah tangga dan industri.

Karena tak ada penambahan lahan, revitalisasi dan penambahan pabrik, pemerintah konsentrasi pada target 3,1 juta ton untuk konsumsi 2014. Bagaimana dengan ketahanan pangan di Jateng? Meski wilayahnya dilanda kekeringan dan banyak lahan sawah puso, Gubernur Ganjar Pranowo tetap yakin stok beras tahun ini masih aman.

Kendati demikian, Gubernur perlu memberikan perhatian khusus kepada daerah rawan pangan. Suara yang diserukan pemerintah pusat dari Padang harus menjadi perhatian. Apalagi komitmen pelaksanaan pembangunan pertanian sangat bergantung pada kepala daerah, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. (10)

— Ir Suharto, alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada



http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2013/11/08/242383

Tidak ada komentar:

Posting Komentar