Kamis, 21 November 2013

Prabowo & Ideologi Pertanian

20 November 2013

Penggugatan terhadap “ideologi pertanian”, dalam beberapa tahun belakangan ini tampak semakin mengemuka dan banyak dilontarkan oleh berbagai macam kalangan. Esensi yang menjadi persoalan adalah benarkah sekarang telah terjadi pergeseran  orientasi nilai pembangunan pertanian, dari peningkatan kesejahteraan petani menjadi peningkatan produksi pertanian ? Gejagat nya, arah dan kebijakan yang dipilih adalah percepatan pencapaian swasembada beragam bahan pangan. Jika swasembada tujuan nya, ujung-ujung nya peningkatan produksi.

Di negara kita sendiri, pilihan untuk percepatan pencapaian swasembada 5 Komoditas Pangan Strategis yakni beras, jagung, kedelai, daging sapi dan gula; kembali menggema ketika berlangsung Konfrensi Dewan Ketahanan Pangan pertengahan tahun 2012 ini. Presiden dan seluruh Gubernur seluruh Indonesia sepakat agar pada tahun 2014 kita mampu meraih swasembada dan khusus untuk beras, kita harus mampu mewujudkan surplus beras sebesar 10 juta ton. Untuk menggapai harapan nya itu, selain Pemerintah melanjutkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), ternyata Pemerintah pun telah menempuh kebijakan guna merevitalisasi kelembagaan pangan yang ada, khusus nya tupoksi Perum Bulog.

Namun begitu, apa pun yang bakal digarap Pemerintah dari sisi teknis, tentu saja tidak akan mampu menyentuh akar masalah yang sesungguh nya, bila tidak diikuti dengan komitmen yang kuat dari sisi semangat dan falsafah untuk menggapai nya. Itu sebab nya, komitmen untuk merevitalisasi Bulog, perlu ditempuh melalui revitalisasi kelembagaan pangan nasional, agar kita memiliki kelembagaan pangan yang kuat untuk mengawal terwujud nya kemandirian pangan, bahkan kedaulatan pangan sekali pun. Kelembagaan bukan berarti hanya memperkuat lembaga dengan tugas pokok dan fungsi, tetapi juga memperkuat Sumber Daya Manusia, yang benar-benar dapat menjalankan amanah secara cerdas, serta mekanisme kerja yang jelas.

Ideologi pertanian yang muara nya menggapai kesejahteraan petani, rasa nya harus terus dihangatkan, agar tidak terpinggirkan oleh hal-hal lain yang cenderung mengejar kepentingan sesaat. Sikap Pemerintah untuk merevitalisasi Bulog sendiri, sepantas nya kita simpan ke dalam kerangka pikir yang utuh dan holistik. Kita ingin agar sebagai “lembaga parastatal” Bulog mampu memediasi dan menjembatani antara aspirasi petani selaku produsen dengan kepentingan masyarakat selaku konsumen, agar tujuan akhir mewujudkan kesejahteraan petani dapat sesegera mungkin terjelma.

Ideologi pertanian, yang dalam makna lain dapat dipersepsikan sebagai “kiblat” pembangunan pertanian, mesti nya mampu kita tata ulang lagi ke arah yang benar, sekira nya sekarang ini tampak ada beberapa pergeseran. Komitmen untuk menjadikan kesejahteraan petani sebagai titik puncak idealisme pembangunan pertanian, sebaik nya dipatrikan dalam rancangan pembangunan yang kita susun. Semua harus terencana dengan baik, mulai dari RPJP, RPJM, hingga ke Renstra di Kementerian. Arti nya, terasa sangat ironis, jika Kementerian Pertanian sendiri malah menempatkan urutan terbawah dari empat tujuan pembangunan pertanian nya. Walau nomor urut tidak berkorelasi positip dengan prioritas, tapi fakta nya memang begitu. Urutan pertama adalah meningkatkan produksi dan terakhir adalah kesejahteraan petani.

Kalau ada kalangan yang berpandangan, kiblat pembangunan pertanian di negeri ini “melenceng”, tentu harus dapat kita luruskan kembali agar tetap berada dalam track yang benar sesuai dengan komitmen semula. Kita sepakat dengan pemikiran yang menegaskan jika produksi meningkat otomatis kesejahteraan petani jadi membaik. Masalah nya adalah apakah kenyataan nya seperti itu ? Salah satu bukti di lapangan, mengungkapkan tidak. Naik nya produksi padi yang sangat spektakuler, terbukti tidak serta-merta meningkatkan kesejahteraan petani padi. Itulah yang dapat kita baca dari Nilai Tukar Petani padi sebagaimana yang tersaji dalam data BPS.

Prabowo Subianto selaku Ketua Umum DPP HKTI menyadari betul bagaimana kondisi dan kehidupan kaum tani di negeri ini. Malah secara gamblang Prabowo selalu menegaskan tentang makna “kemerdekaan” dalam kehidupan kaum tani. Di mata Prabowo merdeka itu jika petani mampu hidup sejahtera. Kalau sampai sekarang masih banyak petani yang hidup sengsara dan terjebak dalam suasana hidup miskin, maka sesungguh nya kita belum merdeka.

Semoga kekeliruan yang selama ini kita lalui, bukan karena ketidak-cerdasan kita dalam membaca tanda-tanda jaman, tapi lebih disebabkan oleh ketidak-seriusan kita dalam melakoni nya saja.

http://sosok.kompasiana.com/2013/11/20/prabowo-ideologi-pertanian-609763.html

2 komentar:

  1. Pak Prabowo memang sudah peduli terhadap nasib para petani lokal di Indonesia. Pak Prabowo siap memimpin negeri ini dan mewujudkan kedaulatan pangan sesuai visi transformasi bangsa.

    BalasHapus
  2. Aku harus bersaksi tentang perbuatan baik dari Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Saya Husnah dan saya mengambil waktu saya keluar untuk bersaksi Ibu Amanda karena dia akhirnya menawarkan saya.
    Saya dan suami saya masuk ke utang yang sangat besar dengan Bank dan kami mencari pinjaman dari perusahaan pinjaman yang berbeda tetapi semua datang ke sia-sia. sebaliknya mereka membawa kita ke dalam lebih banyak utang meninggalkan kami bangkrut sampai saya datang di kontak dengan Ibu Amanda, yang menawarkan pinjaman. Sekarang kita telah akhirnya menetap utang kami dan memulai bisnis baru dengan uang yang tersisa dari pinjaman. Anda dapat menghubungi dia hari ini untuk pinjaman apapun dan jumlah.
    Hubungi Ibu Amanda melalui salah satu email berikut. amandaloans@qualityservice.com atau amandarichardson686@gmail.com atau Anda dapat menghubungi saya melalui email saya untuk arahan lebih lanjut ikmahusnah@gmail.com

    BalasHapus